Aku tidak pernah pandai mengucapkan selamat tinggal bukan? Kau pasti tahu itu. Karena entah berapa kali kita mencoba, namun selalu gagal. Kamu adalah rumah tempatku berpulang ketika aku rasa terlalu lelah berjalan. Begitu juga sebaliknya. Kemarin adalah salah satu saat dimana aku mencoba melakukannya lagi. Mengucapkan selamat tinggal. Kali ini aku serius. Aku akan meninggalkanmu
Browsing category Diary
Hari ini Sabtu, dan saya ga libur (lagi). Malas melanda saya pagi ini. Mencegah saya untuk beranjak bangun dan keluar dari kamar. Rayuan untuk menghabiskan pagi dengan melanjutkan tidur mengambil bentuk sebagai selimut hangat dan bantal yang empuk. Badan saya sakit semua, sisa-sisa demam dan flu yang masih tertinggal sejak seminggu lalu. Saya hampir kalah,jika
Kali ini kami terlibat lagi dalam pertengkaran. Seperti sebelumnya. Namun kali ini berbeda. Setelah bertahun-tahun pernikahan kami, baru kali ini aku lihat istriku melampiaskan kemarahannya. Biasanya ketika kami bertengkar, dia akan diam. Sesekali menangis, namun dia tidak pernah balas berteriak padaku. Hanya diam. Istriku yang lemah lembut perangainya, akan menghampiriku dan meminta maaf. Tidak
Bagaimana jika aku pergi dari hidupmu? Apakah kau akan merindukanku? Mungkinkah kau menulis ratusan puisi tentang kehilanganmu? Atau kau akan menangis dan membaca lembar-lembar kenangan yang kita buat bersama? Bagaimana jika aku meninggalkanmu hari ini? Akankah kau tetap hidup esok hari? Masihkah kau mampu berdiri? Karena jika kau pergi itulah yang akan terjadi. Aku akan
Aku mencintaimu tanpa libur. Dua puluh empat jam, 7 hari seminggu. Bahkan aku bersedia lembur jika perlu. Biar saja tanpa jeda. Toh mencintaimu memberiku nyawa. Seperti nafas yang aku lakukan tanpa perlu perhitungan. Jadi untuk apa aku membutuhkan libur. Aku ingin mencintaimu menjadi pekerjaanku setiap hari. Yang aku mulai sejak pagi, bahkan sebelum aku menyeduh