07.09.14


Bulatan sempurna bersiap menurunkan layar. Semburat sang mega menjadi layar megah panggung senja. Garis horizon bersiap memeluk Sang surya bagaikan ending drama yang berakhir tragis. Menyedihkan.

“Kamu seperti senja. Aku tidak menyukainya.” Selorohku memecah keheningan.

“Aku? Senja? Aku suka senja. Indah menurutku.” Tangannya merangkul bahuku dan aku seperti melebur di dalam hangatnya.

“Senja itu mempermainkan perasaan. Mengambil lampu panggung sebentar, membuatmu merasa bahagia, kemudian pergi begitu saja meninggalkan kelam. Sama sepertimu. Datang, kemudian pergi untuk kembali. Terus menerus seperti itu.”

“Begitu? Maaf.” Jeda sebentar. Matahari sudah menundukan tubuhnya. Salam terakhir bagi bumi. “Bukan kah kamu yang bilang kita jangan pernah terlibat sesuatu yang rumit seperti ikatan. Agar kita mudah melepaskan.”

Satu lagi yang aku benci dari dirinya. Dia mengingat kata-kataku dan memahatnya di atas prasasti ingatan yang kokoh.

“Jika kau membenciku sebesar itu, mengapa kau masih di sini menemaniku?” Jejak kopi membasahi bibirnya, mengundang untuk dilumat. Aku menelan ludah. Bertahan.

Aku tertiba menjadi pandir di bawah sayatan kata-katanya. Aku melingkarkan tangan semakin erat ke tubuhnya karena udara makin dingin. “Lalu, aku bagimu seperti apa?”

Dia tertawa dan menjawab segera, “Bawang.”

Kali ini tawanya berderai setelah melihat raut wajahku. “Iya kau seperti bawang. Terlindungi oleh lapisan tipis yang tidak diketahui jumlahnya. Lalu kau bersembunyi di dalamnya. Berpura-pura.”

“Kalau aku seperti bawang, aku bisa menyakitimu kapan saja. Membuatmu perih dan menangis. Kenapa kau masih bertahan?”

Sebuh kecupan mendarat di keningku, “karena hanya aku yang bisa melucuti lapisan-lapisan itu, dan melihat dirimu yang sebenarnya.”

Senyumnya merekah. Tetap terlihat meski senyum senja memudar. Mungkin karena cahaya temaram di warung kopi ini, atau mungkin juga karena memang senyum itu lah yg menjadi alasanku untuk selalu kembali padamu. Mercusuar di perjalananku.

Bandung Barat, 07-09-2014

Tags:

Beri aku hujan, maka akan aku ceritakan. Beri aku bulan, maka akan aku nyanyikan. Beri aku dirimu, maka akan aku berikan jiwaku.

You may also like

Teman

Senja Tiga Warna

Run!

LEAVE A COMMENT

About me

Firah

Categories

Archives